Laman

Sabtu, 25 Juni 2016

Amalan Isighfar - Imam Hanbal dan Kisah Penjual Roti

     Dalam rangkaian shalat tarawih berjamaah beberapa hari yang lalu di masjid kampung saya, kultum yang disampaikan oleh tetangga saya di saat jeda diantara shalat tarawih dan shalat witir saya nilai menarik karena dibungkus dalam sebuah cerita dimana kisah tersebut merupakan kisah nyata yang dialami oleh seorang murid dari Imam Syafi’i bernama Imam Ahmad bin Hanbal.

     Dikisahkan suatu ketika Imam Hanbal merasakan dirinya terpanggil untuk pergi ke suatu wilayah/kota. Ya, dapat dimaklum, ulama-ulama zaman dahulu lebih sensitif terhadap hal-hal yang bersifat batiniyah. Dimana diketahui sebelumnya bahwa Imam Hanbal ini adalah seorang ulama besar yang cukup tersohor.

       Kemudian berangkatlah Imam Hanbal menuju kota tersebut. Suatu petang di dalam perjalanan menuju kota tersebut, Imam Hanbal mampir ke sebuah langgar/mushola untuk melaksanakan shalat wajib. Selesai menjalankan shalat wajib, Imam Hanbal menghabiskan waktu melakukan amalan-amalan lain dalam langgar tersebut dan memutuskan untuk bermalam di dalam langgar sebelum melanjutkan perjalanannya.
     Ketika larut malam tiba, penunggu langgar ternyata tidak memperkenankan Imam Hanbal untuk beliau tidur di dalam langgar tersebut. Penunggu langgar tidak tahu menahu bahwa sebenarnya yang ia “usir” adalah seorang imam besar. Kemudian keluarlah beliau dari langgar tersebut dan menempatkan diri pada teras langgar. Namun penunggu langgar tetap tidak mengizinkan beliau tidur di teras dan kembali “mengusir”. Imam Hanbal beranjak dari teras dan berinisiatif tidur pada emperan langgar. Dan untuk ketiga kalinya Imam Hanbal “diusir” oleh penjaga langgar tersebut. Akhirnya Imam Hanbal tidur di pinggir jalan di depan langgar tersebut.
     Tidak jauh dari langgar tersebut, dikisahkan di seberang jalan tempat Imam Hanbal merebahkan diri ada seorang penjual roti. Yang mana penjual roti tersebut melihat kejadian yang dialami Imam Hanbal, juga tanpa tahu jika seseorang yang diusir dari langgar tersebut adalah seorang ulama besar. Kemudian penjual roti tersebut memanggil Imam Hanbal.
                    
     “Mas! Jika ingin menginap, biar di tempat saya saja! Di tempat tinggal saya ada jika hanya tempat untuk tidur,” tawaran sang penjual roti.
     Imam Hanbal mengiyakan dan menerima tawaran dari sang penjual roti tersebut. Ketika tiba dirumah sang penjual roti, Imam Hanbal menyaksikan sang penjual roti membuat roti yang disiapkan untuk dijual di hari berikutnya. Setiap melakukan segala hal, sang penjual roti ini mengucapkan istighfar “Astaughfirullahal’adzim wa atubuilaik”. Menuangkan tepung ia beristighfar, menuangkan air ia beristighfar, memberikan telur ia beristighfar, mengulenipun ia awali dengan istighfar. Lalu Imam Hanbal bertanya kepada sang penjual roti.
     “Kang, mengapa setiap kali melakukan hal diawali dengan istighfar?”
     “Lantaran amalan tersebut rezeki saya menjadi lancar dan saya selalu tercukupi. Terlebih lagi, lantaran amalan itu pula keinginan-keinginan saya diijabah oleh Allah S.W.T,” jawab sang penjual roti. “Namun, masih ada satu keinginan saya yang sampai saat ini belum tercapai,” lanjutnya.
     “Apa itu, Kang Penjual Roti?” tanya Imam Hanbal.
     “Keinginan saya untuk bertemu dengan Imam Hanbal,” jawab sang penjual roti singkat.
     Kemudian Imam Hanbal menjelaskan bahwa dirinya adalah Imam Hanbal ulama besar yang tersohor itu yang kehadirannya dinanti oleh sang penjual roti. Imam Hanbal pun menyadari bahwa panggilan yang ia rasakan untuk pergi ke suatu wilayah/kota itu adalah perintah Allah, yang menjadi jalan untuk terwujudnya keinginan sang penjual roti.
     Hal-hal yang bisa kita ambil dari kisah tersebut tentang amalan istighfar. Semoga kisah yang saya posting ini dapat bermanfaat. Posting ini saya ketik bukan untuk menggurui, namun untuk berbagi dan untuk mengingatkan diri penulis pribadi. Syukur-syukur kita, khususnya penulis sendiri, dapat tergugah untuk mengamalkan amalan tersebut.
     Yang mau repost atau copy-paste saya persilahkan, monggo. Syukur-syukur untuk dicantumkan link sumber postingan dari blog saya ini. Terimakasih banyak telah meluangkan waktu untuk membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar