Laman

Minggu, 26 Juni 2016

Cara Meningkatkan Jumlah Push Up, Pull Up, dan Sit Up - Metode Berkala Cepat

Bagi anda yang merasa jumlah push up, pull up, dan sit up masih sedikit dan sulit untuk menambah jumlahnya, jangan berkecil hati. Semua ada prosesnya. Berikut ini adalah cara agar kamu bisa meningkatkan jumlah push up, sit up, dan pull up secara cepat walaupun anda memulai latihan dari nol dengan latihan yang benar dan berkala.
Umumnya artikel ini dicari oleh orang yang ingin melakukan kejasmanian B ataupun tes jasmani B. Untuk mendapatkan nilai kejasmanian B yang bagus, tentu harus didukung dengan usaha dan tidak serta merta kita mendapatkannya. Berikut adalah tips-tips latihan yang efektif. Saya sendiri telah membuktikan dengan cara latihan ini dapat meningkatkan jumlah push up, pull up, dan sit up saya dengan optimal dan secara berkala.
Metode yang akan saya sampaikan ini mengutamakan Konsistensi (Istiqomah), Tidak Memaksakan, dan Berkala.

1.      Cara Latihan Push Up

Pada umumnya orang yang tidak pernah push up sebelumnya ketahanannya mungkin hanya bisa melakukan push up 10 sampai 15 kali sudah merasakan pegal ditangannya. Ini adalah hal yang lumrah, bahkan saya juga merasakan hal demikian dahulu waktu pertama kali ingin melatih ketahanan push up saya.
Cara latihan yang saya sarankan adalah dengan menambahkan jumlah push-up secara berkala. Misalkan kasus anda dari nol dan tidak pernah melakukannya sebelumnya, misalkan pada hari pertama anda hanya mendapatkan 12 kali push up, pertahankan setiap hari dalam beberapa hari (5 sampai 7 hari) untuk melakukan push up dengan jumlah 12 kali. Ini berfungsi untuk memberikan adaptasi bagi tangan anda dengan kebiasaan baru anda.
Ingat! Lakukan dalam sehari hanya sekali turun. Jangan lebih. Walaupun anda merasa kuat untuk melakukan 2 kali 12 kali push up, lebih baik hanya melakukan sekali turun. Jika memaksakan, takut salah-salah tangan anda mengalami cidera dan membuat anda tidak dapat melakukan push up secara optimal pada beberapa hari kedepan. Tentu ini akan mengganggu prinsip latihan kit, yaitu konsisten (dilakukan setiap hari).
Jika tangan anda sudah menemukan adaptasi dengan kegiatan baru anda, baru mulailah meningkatkan jumlah push-up anda. Misal anda sudah melatih tangan anda 12 kali push-up dalam 5 hari dan tangan anda sudah merasa tidak terlalu pegal, maka bolehlah anda meningkatkannya menjadi 15 kali. Anda lakukakan 15 kali tersebut selama beberapa hari hingga tangan anda merasa nyaman dan tidak terlalu pegal melakukan 15 kali. Mungkin 3 atau 4 hari melakukan 15 kali, anda boleh menambah menjadi 20 kali. Saya melakukan hal seperti tersebut meningkatkan 5 kali push up tiap 5 hari dan hasilnya saya bisa mencapai 47 kali push-up hanya sekitar dalam 2 bulan.

2.      Cara Latihan Sit Up

Dalam latihan sit-up, metode dalam pelatihan juga mirim yang digunakan pada metode latihan push-up di atas. Hanya saja jumlah penambahannya sit-up dalam 5 hari jumlahnya lebih sedikit. Karena menambahkan jumlah sit-up lebih berat dari push-up. Saya sendiri satu minggu mungkin hanya menambah 2-3 kali sit-up.
Ingat! Lakukan dalam sehari hanya sekali turun. Jangan lebih. Walaupun anda merasa kuat untuk melakukan 2 kali rangkaian si-up (misal sore dan pagi), lebih baik hanya melakukan sekali turun. Menghindari cidera pada otot perut anda agar hari berikutnya tetap bisa melakukan latihan secara optimal.

3.      Cara latihan Pull Up

Masih sama dengan kiat-kiat latihan push-up dan sit-up di atas. Hanya saja dalam melakukan pull-up hal yang harus dijadikan prioritas perhatia adalah kesempuranaan posisi pull-up. Kuantitas tidak ada artinya jika kualitas pull-up buruk. Terlebih dalam penilaian jasmani B resmi.
Sebelum anda melatih ketahanan tangan anda dalam pull-up, ada baiknya anda membenahi posisi pull-up anda. Karena ergonomi juga akan mempengaruhi kekuatan anda dalam melakukan pull-up.
Sama dengan kiat-kiat sebelumnya. Latihan pull-up juga harus dilakukan secara rutin dan konsiten. Hanya saja penambahan dan jangka waktu penambahan akan sedikit berbeda karena menambahkan jumlah pull-up menurut saya sendiri sulit serta memerlukan waktu yang banyak. Saya sendiri baru menambahkan satu kali jika latihan saya dengan jumlah sebelumnya sudah berjalan seminggu. Misalkan saya hari ini baru saja mendapat 10 kali pull-up, maka baru minggu depan saya akan menambah menjadi 11 kali pull-up.



Jika melakukan kiat-kiat yang saya tuliskan di atas, insha’Allah akan lebih cepat meningkatkan jumlah push-up, pull-up, dan sit-up anda dibanding dengan latihan yang tanpa memperhatikan kekonsistenan dan penambahan secara berkala (penambahannya ngawur tidak dengan jangka waktu yang tertentu). Dari pengalaman saya pribada, saya merasa metode tersebut sangat efektif dan nyaman untuk saya.

Ingat, untuk mendapatkan jumlah yang banyak tidak dapat didapatkan secara serta merta. Haruslah ada usaha dan terjadi secara berkala. Terimakasih banyak sudah menyempatkan membaca dan mampir. Semoga bermanfaat.

Sabtu, 25 Juni 2016

Cara Menulis dan Menyusun Novel Bagi Penulis Pemula - Kiat Agar Tidak Menemui Writersblock

              Memulai menjadi novelis, kadang penulis pemula bingung bagaimana akan memulainya. Apa yang harus saya lakukan untuk pertama kali? Tak ayal kadang novelis pemula langsung menuangkan ide-idenya dalam paragraf draft novel. Metode seperti itu seringkali menyudutkan penulis kepada writersblock saat ide-idenya mulai habis, padahal perjalanan sang tokoh dalam novel garapannya belum tuntas atau bahkan masih jauh.

                Dalam artikel saya ini, saya akan membagikan metode penulisan novel yang sistematik dan insha’Allah akan memudahkan. Bagi penulis yang sudah profesional dan banyak makan asam garam mungkin metode ini sudah basi, namun bagi pemula yang baru meraba-raba dunia penulisan novel saya rasa ini akan sangat berguna. Dalam debut saya menulis novel, saya menggunakan langkah-langkah seperti yang akan saya bagikan ini dan syukur saya tidak menemui writersblock yang berarti dalam pengerjaannya.
                Langsung saja,
1. Ide
                Tentu ide adalah komponen dasar dalam karya novel, khususnya novel fiktif yang diadopsi dari khayalan kita. Jika tidak ada ide, apa yang mau kita tulis? Saat mendapatkan ide tentang alur cerita kita baiknya mencatatnya. Setelah itu kita kembangkan menjadi sebuah cerita yang komplek dan menarik sesuai apa yang ada dalam khayalan kita. Ide yang hendaknya dicatatat secara komplit, menjelaskan situasi-situasinya, kondisi-kondisi, status-statu, dan keadaan-keadaan pendukung lainnya. Kondisi-kondisi dasar yang mendukung berjalannya cerita, contohnya adalah keterangan-keterangan seperti pemeran utamanya memiliki teman yang ternyata dia adalah anak dari musuh bebuyutannya tanpa tahu bahwa si teman ini adalah anak dari musuhnya, si teman ini akhirnya menjadi sekutu pemeran utama setelah si teman ini tahu bahwa ayahnya adalah orang yang jahat yang telah sengaja membunuh ibunya. Lalu hal-hal lain yang bersifat dasar, seperti akhir dari cerita, bagaimana akhirnya pemeran utamanya membunuh musuh bebuyutannya, dari mana pemeran utama mendapatkan kekuatan sihirnya, dan lain sebagainya.

2. Menyusun Ide-ide Secara Kronologis
                Inilah tahap yang sedikit berat. Dari ide-ide yang ada, kita mencoba menyusunnya berdasarkan kronologis kejadiannya, dari awal hingga akhir. Cerpen yang saya maksud disini seperti sebuah cerpen yang menggambarkan kejadian-kejadian secara garis besar. Yang membuat pekerjaan disini berat adalah kadang kita menemukan satu kondisi dan kondisi lain yang telah kita tulis dalam corat-coret ide tidak linier dan sedikit tidak nyambung satu sama lain. Nah dalam keadaan seperti ini kita harus memutar otak untuk menjadikan hal-hal yang tidak nyambung itu menjadi nyambung. Ya, memaksa agar menjadi nyambung dengan kondisi-kondisi baru yang masuk di akal. Memang kita memaksa dengan kondisi-kondisi baru, namun bukan memaksakan. Takut salah-salah cerita jadi terasa konyol jika terlalu memaksakan. Tetap harus ada sangkut pautnya. Jika sudah dicari inisiatif-inisiatif namun tetap belum bisa kita linearkan antara satu kondisi dan kondisi lain, cara terakhir kita harus mengalah dengan mengubah ide-ide awal tadi.

3. Membuat Cerpen
                Setelah cerita yang kita susun berdasarkan ide-ide kita sudah kronologis, dalam tahap ini kita mengembangkan tahap 2 menjadi cerita yang lebih detail seperti dalam bentuk seperti cerpen. Pengalaman pribadi saya, dari draft tahap 2 yang semuha hanya 2 halaman saja bisa menjadi 8 halaman saat saya jadikan cerpen. Langsung saja saya berikan contoh, karena saya bingung bagaimana menjelaskan tahap ini. Misalnya saja pada tahap 2 tadi saya mengisahkan “Bejo dan Slamet membunuh bos bandar narkoba namun ketahuan oleh anak buahnya yang sedang berjaga diluar, akhirnya Bejo dan Slamet dikejar-kejar akhirnya Slamet mati.” Nah pada tahap 3 kita mengembangkannya lagi menjadi cerita yang lebih spesifik seperti “Bejo menemui bos bandar narkoba dengan berpura-pura akan menjadi pendistributor barangnya di wilayahnya Bejo. Ngobrol-ngobrol, akhirnya mereka menemui deal. Saat lengah, bejo menembak bos bandar narkoba tersebut. Namun tanpa diketahui Bejo dan Slamet ada anak buah bos tersebut yang mendengar suara tembakan dan masuk ke ruangan. Akhirnya mereka dikejar-kejar. Saat pengejaran terjadi baku tembak dan Slamet terkena tembakan, akhirnya mati.”

4. Memecah cerita menjadi bab-bab.
                Setelah membuat cerita yang terjabar lengkap, kita potong-potong cerpen tersebut menjadi episode-episode yang berbeda. Dalam novel-novel di pasaran kita sering menemukan istilah episode, keping, segmen, bagian, dan lain-lain. Kita memecahkan berdasarkan rangkaian cerita, latar yang sama, waktu yang sama atau apapun yang kira-kira dinilai patut untuk dipecah. Pemecahan ini tidak asal, kita harus membuat adanya suatu kejadian dalam setiap bagiannya. Contohnya adalah jika pada tahap 3 kita punya cerita seperti “Kancil merencanakan mencuri timun. Tibalah  hari-H kancil mencuri timun, kemudian ketahuan oleh pak tani dan ia dikurung. Pak tani kemudian melihat perubahan kancil, dan membebaskannya,” kita bisa memisahkannya sebagai bagian 1 “cerita tentang rencana kancil mencuri timun,” bagian 2 sebagai “Hari-H kancil mencuri timun, hingga pak tani datang, namun belum sampai ketahuan bagian ini diakhiri (memberikan kesan dramatis dan penuh tanda tanya, membuat pembaca ingin buru-buru membaca halaman selanjutnya)”, kemudian  bagian 3 mengisahkan “Kancil ketahuan, kemudian dikurung dan menceritakan penderitaan kancil”, bagian empat “menceritakan si kancil menyesal dan tobatnya”, bagian 5 “Pak tani membebaskan kancil.” Intinya pintar-pintar kita lah memotong-motong cerita, syukur-syukur kita menciptakan sebuah kesan maupun tanda tanya saat mengakhiri suatu bagian. Jangan sampai suatu bagian itu tidak memberikan kesan apa-apa pada cerita, contohnya adalah jika kita memecah bagian 3 menjadi 2 bagian “kancil ketahuan, kemudian dikurung” dan “penderitaan kancil”. Saat dibagi seperti itu, pada bagian “kancil ketahuan, kemudian dikurung” setelah dikurung bagian selesai, orang pun sudah tau kalau kancil ketahuan lalu dikurung. Lalu poinnya dimana? Kalau sudah dikurung itu terus kenapa? Jangan membuat suatu bagian itu menjadi bagian yang php dan tidak mengubah cerita.

5. Mengembangkan Setiap Bagian Menjadi Lebih Detail
                Pada tahap ini, bagian-bagian yang sudah terpecah tadi, masing-masing dijabarkan kembali. Misal kita menjelaskan dialognya secara garis besar, tempatnya dimana, kapan. Pokoknya kita memberikan detail yang lebih, agar memudahkan kita nanti pada tahap selanjutnya.

6. Menulis Novel
                Setelah kita dapatkan bagian-bagian yang terjabar rinci. Kita dapat mengembangkan tiap bagiannya menjadi novel yang rapi. Kita sudah memiliki alur yang jelas, cerita yang komplit, kronologi yang komplit, semua hal sudah masuk akal, dialog secara garis besar sudah ada bayangan, maka kita tinggal menjadikan bahan mentah yang hampir matang tersebut menjadi paragraf-paragraf yang rapi dengan bahasa yang baku dan dialog-dialog yang baku serta deskripsi-deskripsi yang diperlukan. Pekerjaan kita pada tahap ini hanyalah merapikan, memilih dan menyusun kata-kata, tanpa memikirkan alur cerita lagi.

                Dalam metode ini, tahap yang paling berat adalah tahap 2. Sedang tahap terakhir kita hanya tinggal berjalan dengan modal yang sudah komplit. Kemungkinan writersblock pada tahap 6 juga saya rasa sangat kecil karena sekali lagi modal kita sudah plit-plit-plit-komplit. Kemungkinan writersblock lebih banyak terjadi pada tahap 2. Namun pada tahap 2 kita hanya fokus menggarap dan menyusun ide-ide sehingga kemungkinan writersblock cepat terpecahkan lebih besar. Berbeda jika kita mengalami writersblock ditengah penulisan novel, kita sudah menuliskan banyak hal, jika kita mengalami writersblock dan ada suatu kondisi yang tidak masuk akal yang membuat kita harus merombak cerita dari awal, itu akan sangat beresiko dan membuat pekerjaan sia-sia.

                Sekian postingan saya, kurang lebihnya mohon maaf. Semoga membantu dan bermanfaat bagi anda khususnya yang ingin memulai untuk menulis novel namun bingung mau dari bagian mana untuk memulainya. Yang mau menjadikan tulisan saya ini menjadi referensi dalam artikelnya saya persilahkan, syukur-syukur tidak lupa menyertakan link blog saya ini sebagai link sumber informasi.

Amalan Isighfar - Imam Hanbal dan Kisah Penjual Roti

     Dalam rangkaian shalat tarawih berjamaah beberapa hari yang lalu di masjid kampung saya, kultum yang disampaikan oleh tetangga saya di saat jeda diantara shalat tarawih dan shalat witir saya nilai menarik karena dibungkus dalam sebuah cerita dimana kisah tersebut merupakan kisah nyata yang dialami oleh seorang murid dari Imam Syafi’i bernama Imam Ahmad bin Hanbal.

     Dikisahkan suatu ketika Imam Hanbal merasakan dirinya terpanggil untuk pergi ke suatu wilayah/kota. Ya, dapat dimaklum, ulama-ulama zaman dahulu lebih sensitif terhadap hal-hal yang bersifat batiniyah. Dimana diketahui sebelumnya bahwa Imam Hanbal ini adalah seorang ulama besar yang cukup tersohor.

       Kemudian berangkatlah Imam Hanbal menuju kota tersebut. Suatu petang di dalam perjalanan menuju kota tersebut, Imam Hanbal mampir ke sebuah langgar/mushola untuk melaksanakan shalat wajib. Selesai menjalankan shalat wajib, Imam Hanbal menghabiskan waktu melakukan amalan-amalan lain dalam langgar tersebut dan memutuskan untuk bermalam di dalam langgar sebelum melanjutkan perjalanannya.
     Ketika larut malam tiba, penunggu langgar ternyata tidak memperkenankan Imam Hanbal untuk beliau tidur di dalam langgar tersebut. Penunggu langgar tidak tahu menahu bahwa sebenarnya yang ia “usir” adalah seorang imam besar. Kemudian keluarlah beliau dari langgar tersebut dan menempatkan diri pada teras langgar. Namun penunggu langgar tetap tidak mengizinkan beliau tidur di teras dan kembali “mengusir”. Imam Hanbal beranjak dari teras dan berinisiatif tidur pada emperan langgar. Dan untuk ketiga kalinya Imam Hanbal “diusir” oleh penjaga langgar tersebut. Akhirnya Imam Hanbal tidur di pinggir jalan di depan langgar tersebut.
     Tidak jauh dari langgar tersebut, dikisahkan di seberang jalan tempat Imam Hanbal merebahkan diri ada seorang penjual roti. Yang mana penjual roti tersebut melihat kejadian yang dialami Imam Hanbal, juga tanpa tahu jika seseorang yang diusir dari langgar tersebut adalah seorang ulama besar. Kemudian penjual roti tersebut memanggil Imam Hanbal.
                    
     “Mas! Jika ingin menginap, biar di tempat saya saja! Di tempat tinggal saya ada jika hanya tempat untuk tidur,” tawaran sang penjual roti.
     Imam Hanbal mengiyakan dan menerima tawaran dari sang penjual roti tersebut. Ketika tiba dirumah sang penjual roti, Imam Hanbal menyaksikan sang penjual roti membuat roti yang disiapkan untuk dijual di hari berikutnya. Setiap melakukan segala hal, sang penjual roti ini mengucapkan istighfar “Astaughfirullahal’adzim wa atubuilaik”. Menuangkan tepung ia beristighfar, menuangkan air ia beristighfar, memberikan telur ia beristighfar, mengulenipun ia awali dengan istighfar. Lalu Imam Hanbal bertanya kepada sang penjual roti.
     “Kang, mengapa setiap kali melakukan hal diawali dengan istighfar?”
     “Lantaran amalan tersebut rezeki saya menjadi lancar dan saya selalu tercukupi. Terlebih lagi, lantaran amalan itu pula keinginan-keinginan saya diijabah oleh Allah S.W.T,” jawab sang penjual roti. “Namun, masih ada satu keinginan saya yang sampai saat ini belum tercapai,” lanjutnya.
     “Apa itu, Kang Penjual Roti?” tanya Imam Hanbal.
     “Keinginan saya untuk bertemu dengan Imam Hanbal,” jawab sang penjual roti singkat.
     Kemudian Imam Hanbal menjelaskan bahwa dirinya adalah Imam Hanbal ulama besar yang tersohor itu yang kehadirannya dinanti oleh sang penjual roti. Imam Hanbal pun menyadari bahwa panggilan yang ia rasakan untuk pergi ke suatu wilayah/kota itu adalah perintah Allah, yang menjadi jalan untuk terwujudnya keinginan sang penjual roti.
     Hal-hal yang bisa kita ambil dari kisah tersebut tentang amalan istighfar. Semoga kisah yang saya posting ini dapat bermanfaat. Posting ini saya ketik bukan untuk menggurui, namun untuk berbagi dan untuk mengingatkan diri penulis pribadi. Syukur-syukur kita, khususnya penulis sendiri, dapat tergugah untuk mengamalkan amalan tersebut.
     Yang mau repost atau copy-paste saya persilahkan, monggo. Syukur-syukur untuk dicantumkan link sumber postingan dari blog saya ini. Terimakasih banyak telah meluangkan waktu untuk membaca.